Bagi sebagaian besar orang, memiliki karir yang tinggi berarti memiliki jenjang pendidikan yang tinggi pula. Meski pada kenyataannya, tinggi atau tidaknya karir seseorang tidak diukur dari jenjang pendidikannya
Banyak orang yang “putus asa” menganggap dirinya tidak mampu meniti karir yang gemilang hanya karena pendidikannya yang rendah. Mereka menganggap bahwa masa depan mereka di perusahaan tempat mereka bekerja saat ini hanya akan pensiun sebagai office boy, satpam, cleaning service, atau paling tinggi bagian admin. Mereka tidak berani bermimpi untuk menjadi manajer, general manager, atau apalagi direktur. Mimpi yang tidak membumi, barangkali itu hasil pikiran mereka.
Benarkah demikian? Mungkin mereka yang merasa pendidikannya rendah tersebut perlu belajar banyak dari Houtman Zainal Arifin, mantan Vice Presiden Citibank. Karirnya justru dimulai dari office boy. Mengapa di akhir masa pensiunnya setelah 20 tahun bekerja ia bisa menduduki posisi strategis? Karena beliau punya semangat untuk maju, semangat untuk belajar hal-hal baru, dan semangat untuk membantu rekan-rekan kerja lainnya. Dalam sebuah wawancara ia bercerita bahwa kerap di awal karirnya sebagai “pesuruh”, ia membantu-bantu fotokopi dokumen dan mencoba mempelajari dokumen tersebut. Dia tidak sungkan menanyakan kepada karyawan-karyawan staf apa yang kira-kira bisa ia bantu. Ia bahkan rela lembur demi mendapatkan pekerjaan di luar tugasnya sebagai OB. Bahkan tidak jarang ia “mencuri” dengar seminar-seminar yang diadakan perusahaan, dan mengajukan diri untuk bisa menjadi peserta. Hasil belajarnya yang “grasak grusuk” tersebut, meski dilecehkan oleh para staf,akhirnya diangkat sebagai petugas mesin foto kopi (satu tingkat di atas OB). Konsistensinya dalam belajar pun membuat pihak manajemen Citibank akhirnya mengirimnya ke Eropa untuk mengikuti training karyawan. Singkat cerita, karir Houtman sangat cemerlang. Selain sebagai Vice Presiden di bank terkemuka dunia itu, ia juga pernah bekerja sebagai direksi di perusahaan swasta, pengawas keuangan di beberapa perusahaan swasta, komite audit BUMN, konsultan, penulis serta dosen pasca sarjana di sebuah Universitas. Hingga di ujung karirnya, Houtman hanyalah lulusan SMA.
Selain Houtman, tentu Anda pernah mendengar juga kisah Ali bin Ibrahim Al-Naimi yang sejak tahun 1995 sampai 2011 menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi. Karirnya dimulai sebagai seorang pekerjaa rendahan di sebuah perusahaan minyak di Arab Saudi. Hanya lulusan SMP, tapi di ujung cerita ia bisa sukses menjabat sebagai menteri di negara kaya minyak. Apa kunci suksesnya? Ia bekerja di siang hari, belajar di malam hari agar bisa lulus ujian SMA. Setelah itu, ia dibiayai oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk melanjutkan S1 jurusan geologi di Amerika. Pulang dari negara Paman Sam itu, karirnya meroket mulai dari kepala bagian, kepala cabang, hingga wakil direktur dan akhirnya menjadi presiden direktur pertama yang merupakan orang lokal. Nama perusahaannya adalah Aramco (Arabian American Oil Company), sebuah perusahaan minyak paling berpengaruh di dunia.
Jika Anda adalah lulusan SMA, atau SMP, maka dua kisah di atas bisa memotivasi Anda bahwa karir Anda bisa cemerlang seperti mereka, dengan syarat:
Bersedia belajar langsung
Sebagai orang yang tidak mengenyam pendidikan di bangku universitas, usaha Anda untuk belajar tentang bisnis dan industri di perusahaan tersebut memang sedikit lebih besar dibanding mereka yang sarjana. Namun tidak perlu khawatir. Rata-rata orang Indonesia sangat terbuka untuk mau mengajarkan kepada Anda asalkan Anda memang serius belajar. Mungkin ada satu dua orang yang sinis dengan usaha Anda mempelajari hal-hal baru, dan itu merupakan sesuatu yang wajar. Namun asalkan fokus ke tujuan Anda untuk meniti karir, maka abaikan saja hal-hal yang mengganggu tersebut.
Extra hour
Jika jam kerja Anda memakai sistem shift, maka saat selesai usahakan tidak usah pulang dulu. Tawarkan bantuan kepada karyawan-karyawan lain yang membutuhkan Anda meski itu bukan bagian dari pekerjaan utama Anda. Kalau perlu, pekerjaan tersebut berkaitan dengan skill baru sehingga Anda bisa menambah kompetensi. Semakin banyak keterampilan baru, semakin bagus untuk karir Anda ke depan.
Ikut training
Kisah Houtman Zainal Arifin di atas tidak saja terjadi pada diri beliau saja. Banyak sekali karyawan “rendahan” yang mengajukan diri untuk mengikuti training-training yang diselenggarakan oleh internal perusahaan dengan tujuan meningkatkan wawasan dan kompetensi mereka. Anda pun bisa melakukan hal yang sama. Anggap saja ini merupakan kuliah gratisan yang bisa Anda ikuti. Sebab dengan pendidikan di bawah sarjana, Anda butuh ilmu tambahan demi menunjang karir Anda.
So, selamat mencoba! Sukses untuk Anda yang mau belajar!