Menjadi karyawan baru berarti Anda harus segera beradaptasi terhadap lingkungan baru. Anda tidak mengenal karakter teman-teman kerja Anda, atasan Anda, bawahan Anda, hingga bahkan lingkungan pendukung seperti jam kerja ‘tak tercatat’, kondisi bangunan kantor, manajemen bangunan (jika kantor menyewa ke gedung), dan sebagainya. Semua itu harus Anda pelajari agar tidak terjadi miskomunikasi.
Sebagai seorang karyawan baru tentunya Anda ingin mendapatkan kemudahan untuk berinteraksi dan menjalin hubungan kerja dengan karyawan lain di lingkungan kerja Anda, dan untuk itu Anda bisa mempelajari berbagai info dan tips dunia kerja dan profesi
yang bisa memberikan Anda pemahaman tentang kebiasaan dan perilaku karyawan di lingkungan kerjanya. Selain kebiasaan postifi, ada baiknya Anda juga mempelajari kebiasaan-kebiasaan negatif sehingga Anda bisa menghindari atau meredam kebiasaan-kebiasaan atau perilaku yang dianggap buruk dan tidak sesuai dengan lingkungan kerja Anda karena itu akan berpengaruh terhadap kelangsungan karir Anda.
Berikut ini adalah tujuh kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh karyawan saat bekerja di perusahaan baru
- Sok akrab
Mungkin maksudnya ingin mendekatkan diri lebih cepat, namun sayangnya gaya sok akrab justru malah menciptakan antipati terhadap rekan kerja yang lain. Apa saja gaya sok akrab itu? Misalnya becanda. Mungkin kalau sama teman lama Anda bisa meledek atau ngata-ngatain. Apa jadinya jika Anda baru mengenal teman kerja seminggu dua minggu tapi sudah nekat meledek dengan kata-kata yang biasa Anda gunakan untuk berteman secara akrab? Bisa tersinggung, atau minimal teman kerja akan mulai menjaga jarak dengan Anda. Selain itu, gaya sok akrab juga ditunjukkan saat Anda ikut nimbrung dalam pembicaraan beberapa orang yang sebenarnya tidak ada kaitan dengan pekerjaan, alias pembicaraan pribadi atau kelompok saja. Sebagai orang baru, sangat tidak etis apabila Anda melakukan hal tersebut.
- Bossy
Anda ditakdirkan menjadi atasan di perusahaan baru, lalu gaya Anda pun benar-benar bossy. Marah-marah, menegur depan umum, menyindir dan sebagainya. Mungkin di perusahaan sebelumnya kulturnya seperti itu, tapi di lingkungan baru, bisa jadi antara atasan dan bawahan adalah hubungan pertemanan, bukan hubungan struktural. Anda akan dibenci apabila Anda menerapkan gaya seorang bos ketimbang seorang teman. Apalagi kalau bekerja di industri kreatif di mana antara bos dan anak buah batasannya sedemikian tipis. Mereka kerap makan bersama, hang out bersama dan jalan-jalan bersama. Anda akan dijauhi kalau mencoba ‘jaim’ di mata anggota tim Anda.
- Umbar pengalaman
“Saya dulu pernah bekerjasama dengan gubernur”
“Waktu saya menjadi project leader, perusahaan untung seribu persen!”
“Anak buah saya pada tulalit semua, jadi aja saya marah-marah terus sama mereka setiap hari...”
“Kalau bukan karena saya, perusahaan tempat saya bekerja dulu bisa bangkrut kehabisan pelanggan...”
Kalimat-kalimat tersebut mungkin boleh saja Anda lontarkan kalau Anda sudah setahun dua tahun berada di tempat baru. Namun sangat disarankan untuk tidak terlalu mengumbar pengalaman Anda kepada tim kerja Anda, terlebih lagi pada saat masa awal kerja. Cukuplah pengalaman itu diceritakan waktu wawancara penerimaan kerja.
- Pendiam
Ini adalah “sifat buruk” yang harus Anda hindari saat menjadi karyawan baru. Meski secara karakter Anda adalah orang yang hemat bicara, tapi jangan juga hemat komunikasi. Anda boleh saja berbicara seperlunya dengan orang lain, tapi Anda harus tetap berkomunikasi dengannya seperti mengucapkan selamat pagi, menegur saat di toilet atau pas-pasan berjalan, menanyakan kabar keluarga dan seterusnya. Tidak perlu juga bicara panjang lebar kalau Anda memang sibuk, tapi dengan tetap menjalin komunikasi, maka kepribadian Anda akan bernilai positif.
- Malu bertanya
Ini adalah penyakit pada orang-orang baru. Enggan menanyakan sesuatu dan mencoba bekerja sendiri. Karakter seperti ini, selain membuat hubungan Anda dengan rekan lain tidak dekat, juga bisa mengganggu pekerjaan Anda itu sendiri.
- Sibuk dengan diri sendiri
Tentu ini bukan penyakit autis dalam arti sesungguhnya. Namun sikap “autis” adalah tidak mengacuhkan lingkungan sekitar dan hanya asyik sendiri dengan pekerjaannya. Perlu diingat bahwa perusahaan adalah lingkungan sosial Anda di luar rumah. Maka bersikap sosial terhadap sesama rekan kerja adalah pilihan yang tepat untuk bisa menjaga hubungan baik. Jangan bekerja sendirian saja, kalau perlu mintalah bantuan orang lain atau tawarkan bantuan Anda kepada teman lain.
- Berkonflik
Ini jarang terjadi tapi bukan berarti tidak pernah terjadi. Ada karyawan baru yang memang karakternya selalu ingin “mengajak perang” dengan teman-temannya yang lain. Mulai dari cara berbicaranya yang cenderung merendahkan orang lain, sering menyerang pendapat orang lain, sampai menganggap ide orang lain buruk.
Mari jauhi sifat-sifat buruk di atas agar Anda bisa merasakan ungkapan bahwa my office is my second home
06 April 2016