Ternyata bekerja dari rumah juga memunculkan masalah yang serius bagi sebagian karyawan perusahaan. Apa itu?
Hired Today News – Menerapkan metode bekerja dari rumah (work from home) memang menjadi solusi jitu bagi perusahaan agar karyawan tetap dapat menyelesaikan tugas-tugasnya selama pandemi COVID-19.
Apalagi, semua orang harus betul-betul mematuhi protokol kesehatan, termasuk menjaga jarak, agar tidak tertular satu sama lain. Pemerintah pun mengeluarkan aturan yang mendukung untuk itu.
Agar efektif, perusahaan memanfaatkan fitur pelacakan untuk memastikan karyawannya benar-benar aktif bekerja dan meningkatkan pertemuan virtual sebagai konsekuensi penerapan bekerja dari rumah.
Namun, baru-baru ini firma riset Gartner yang berbasis di Stamford, Connecticut, Amerika Serikat, mengungkap adanya dampak buruk dari penerapan bekerja dari rumah.
Berdasarkan survei yang melibatkan lebih dari 2.400 karyawan diketahui bahwa fitur pelacakan hanya membuat karyawan hampir dua kali lebih mungkin untuk berpura-pura bekerja.
Lalu, lebih banyak rapat virtual telah menyebabkan beban mental karyawan yang mayoritas mengaku menjadi lebih banyak rapat ketimbang benar-benar mengerjakan pekerjaannya.
Akibatnya, alih-alih efektif, bekerja dari rumah yang tak perlu bermacet-macetan di jalan, hemat tenaga dan waktu, ternyata justru sebaliknya: karyawan menjadi lebih lelah dengan hasil karya yang berkualitas rendah.
“Ketika tingkat kelelahannya tinggi, kinerja karyawan menurun hingga 33%,” kata Alexia Cambon, Direktur di Gartner HR practice. “Bahkan, 54%-nya lebih memilih meninggalkan perusahaan mereka.”
Walau kenyataannya seperti itu, pandemi COVID-19 adalah nyata. Sampai saat ini, belum ada solusi yang lebih manjur untuk menata efektivitas pola kerja karyawan sebuah perusahaan.
“Itu sama sulitnya menemukan vaksin yang tepat untuk menangkal pandemi itu sendiri,” kata Carisa Rosgiarto, Operations Manager Hired Today. Sebab, sampai saat ini belum ada cara yang lebih baik daripada menerapkan bekerja dari rumah.
Yang mungkin dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi tingkat stres karyawan yang tinggi adalah dengan menerapkan pola kerja secara hybrid: sekali berkantor dan sekali bekerja dari rumah.
Akan tetapi, dalam berbagai survei diketahui bahwa karyawan mengaku enggan untuk kembali ke kantor meski pandemi telah usai. Artinya, karyawan sebetulnya senang bekerja dari rumah asalkan tingkat emosionalnya dijaga.
“Itu menjadi tugas departemen sumber daya manusia dan para atasan untuk tetap menjaga karyawan agar para karyawan tetap nyaman dalam bekerja. Ingat, produktivitas salah satunya dipengaruhi oleh kenyamanan bekerja,” ujar Carisa.**