Ada beberapa ciri yang menandakan bahwa perusahaan tempat Anda bekerja akan mengalami kebangkrutan. Sebelum hal itu betul-betul terjadi, ada baiknya Anda mengenali dengan baik tanda-tanda tersebut
Membangun karir di perusahaan baru adalah impian bagi para profesional yang pengalamannya sudah cukup banyak meski belum lama. Namun harus diperhatikan pula jangan sampai perusahaan tempat Anda melamar pekerjaan tersebut adalah perusahaan yang umurnya sudah tidak lama lagi. Jangan sampai baru satu dua tahun bekerja tiba-tiba Anda sudah mendapat surat pemberhentian. Bukan karena Anda yang kinerjanya tidak bagus, melainkan karena perusahaan tersebut sudah tidak sanggup lagi menggaji Anda.
Apakah perusahaan yang mau bangkrut atau akan mem-PHK secara massal karyawannya itu adalah (selalu) perusahaan yang baru berdiri? Belum tentu. Kalau kita perhatikan, misalnya di negara lain, majalah Business Week yang sudah berumur puluhan tahun terpaksa tutup karena bangkrut. Di Indonesia, majalah Readers Digest pun terpaksa tutup karena orang sudah mulai beralih ke media online dalam mengakses informasi. Atau dari Industri lain, garmen misalnya. Sudah banyak yang mulai memberhentikan hampir seluruh tenaga kerjanya karena tingginya biaya produksi. Bahkan raksasa seperti Yahoo pun juga terpaksa menutup kantor perwakilannya di Jakarta.
Apa yang menyebabkan sebuah perusahaan mendekati titik nadirnya? Berikut beberapa ciri dan tanda perusahaan yang akan bangkrut atau tidak bertahan lama yang harus Anda waspadai agar waktu dan tenaga Anda tidak terbuang sia-sia karena bekerja di dalamnya.
Bahan baku impor
Jika perusahaan yang Anda lamar adalah perusahaan yang memproduksi sesuatu dengan menggunakan bahan baku impor, maka lebih baik Anda berpikir ulang untuk melamar ke sana. Apalagi di tengah situasi nilai mata uang rupiah yang melemah belakangan ini berdampak pada biaya produksi yang sangat besar. Semakin lemah, semakin tinggi –Kemungkinan besar, ini berdampak pada industri makanan dan fesyen. Kecuali kalau memang bahan baku tersebut bisa diganti dengan buatan lokal.
Terpengaruh tren konsumen
Majalah adalah contoh bagus untuk perusahaan yang akan bangkrut. Perhatikan apakah saat ini tren konsumen mulai berubah dan bagaimana perusahaan merespon perubahaan tersebut. Beberapa perusahaan media mulai beralih dari cetak ke online. Sayangnya, antara cetak dan online memiliki sumber daya manusia yang berbeda. Ketika cetak sudah tidak lagi menguntungkan, sementara online belum mencetak profit yang cukup signifikan, maka layoff alias PHK adalah solusinya. Apapun jenis industrinya, perlu perhatikan apakah perusahaan tersebut bergantung sepenuhnya pada tren pasar yang berubah. Jika iya, perhatikan bagaimana perusahaan tersebut mampu beradaptasi terhadap perubahan.
Akuisisi
Akuisisi alias “pencaplokan” dari perusahaan bermodal kuat terhadap perusahaan lain menandakan bahwa perusahaan yang dicaplok tersebut sudah hampir collapse atau bangkrut. Meskipun tidak dalam pemahaman yang harafiah, karena ada beberapa perusahaan yang melakukan penggabungan perusahaan, atau akuisisi, untuk memperluas pangsa pasar. Namun lazimnya perusahaan yang terakuisisi memiliki indikasi kebangkrutan. Sebelum Anda melamar ke sana, cobalah cari-cari informasinya terlebih dulu.
Bentukan Undang-Undang
Perusahaan yang dibuat oleh negara biasanya didirikan atas dasar Undang-Undang atau peraturan pemerintah (PP). Sayangnya, dasar perusahaan tersebut bukan finansial melainkan regulasi yang bisa saja berubah seiring dengan bergantinya pemerintah. Kebijakan pemerintah sangat mempengaruhi berdirinya sebuah perusahaan model ini. Bila Anda melihat sinyal bahwa pemerintah saat ini (atau DPR) tidak mendukung keberadaan lembaga tersebut, sudah saatnya Anda mencoba mencari sumber rezeki lain.
Kompetisi
Sejarah dan profil perusahaan adalah salah satu hal yang perlu dipertimbangkan saat Anda melamar. Jika bagus, langkah berikutnya adalah mempelajari industrinya. Pada bagian ini, perlu dipelajari dengan skesama apakah kompetisi di industrinya cukup ketat sementara perusahaan tersebut masih “seumur jagung” dibanding pemain lain? Jika demikina, maka lebih baik Anda tidak memprioritaskan diri untuk melamar ke sana. Bertanding ke red ocean tentu harus punya “pegangan” yang kuat. Dan pegangan tersebut adalah modal kapital yang besar serta jaringan kemitraan yang kokoh.
Investor
Ini juga perlu dijadikan bahan pertimbangan. Misalnya Anda melamar ke perusahaan rintisan digital (start-up) yang cukup dikenal luas. Namun sebelum mulai melamar ke sana, tanyakan dulu apakah ada investor yang sudah menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Jika iya, langkah berikutnya berapa nilai investasi yang digelontorkan investor tersebut. Jangan lupa untuk melihat siapa investornya. Semakin bonafit, semakin terjamin –Misal sebut saja nama-nama besar seperti SOFTBANK, FENOX CAPITAL, dan beberapa nama investor kelas kakap lainnya. Jadi kalau tempat Anda lamar itu disuntik modal oleh nama-nama tersebut, itu artinya besar kemungkinan karir Anda bisa berkembang di sana.
Selamat mencoba!