9l2d3a3z4d tips menjadi bos yang ideal
TIPS MENJADI BOS YANG IDEAL

Banyak anggapan kalau  bos atau atasan adalah sosok yang tidak menyenangkan, terutama bagi bawahannya. Namun ada hal yang bisa dipelajari dari mereka demi kemajuan karir Anda

Banyak orang yang merasa tidak nyaman dengan figur seorang atasan atau bos. Sebagian orang merasa bos atau atasan adalah sosok yang arogan, suka memerintah, hobi marah-marah, cenderung tidak mau kalah, dan terkadang suka mengeluarkan sumpah serapah. Para anak buah menceritakan keluhan (atau lebih tepat disebut: menjelek-jelekkan) atasan mereka saat tidak bersama dengannya. Topik yang dibicarakan mulai dari karakter bos yang menyebalkan, isu-isu sensitif seputar kehidupan pribadinya hingga urusan-urusan sepele yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Semakin sering mengungkap kelemahan sang atasan dengan rekan kerja yang juga menjadi “korban”, beban di dalam hati seolah-olah terlepas.

Benarkah atasan atau bos adalah sosok yang menyebalkan? Bisa iya, bisa tidak. Semua bergantung dari sudut pandang masing-masing orang. Jika selama ini tidak pernah ada yang mengkritik cara kerja kita, lalu atasan mencela dan tidak menghargai hasil kerja kita, maka bisa jadi model bos seperti ini akan dicap buruk oleh anak buahnya. Definisi “menyebalkan” pun sebenarnya perlu diperjelas. Apakah yang disebut menyebalkan itu adalah ketika tidak menghargai pekerjaan anak buah, suka mempermalukan anggota tim di depan orang lain, tidak peduli terhadap kebutuhan tim, atau karena hobi marah-marah untuk sesuatu yang tidak “tidak penting”? Ada yang mengeluhkan atasannya yang menyebalkan, bukan karena sang bos suka marah atau mencela, tapi justru karena cenderung tidak peduli dengan stragegi pencapaian tujuan yang sudah disepakati bersama. Bahkan secara karakter pribadi, atasannya ini adalah orang yang menyenangkan, hobi becanda dan sangat ramah pada siapapun. Tapi ketika diajak diskusi tentang target perusahaan ia terlihat setengah hati, diajak meeting dengan klien seperti ogah-ogahan, maka sahabat ini berkesimpulan bahwa atasannya ini adalah orang yang menyebalkan.

Terlepas dari semua hal di atas, perlu kita sadari pula bahwa untuk bisa menjadi seorang bos diperlukan kompetensi dan kapabilitas, serta pastinya proses yang panjang. Tidak mungkin perusahaan, atau lebih tepatnya board of director memutuskan seseorang bisa menduduki posisi sebagai atasan atau pimpinan kalau tidak melihat dan mempelajari dari rekam jejak sebelumnya. Memang ada orang yang bisa melesat karirnya di pucuk pimpinan, tapi itu kasus yang sangat jarang sekali terjadi kecuali pada perusahaan keluarga. Umumnya orang memulai dari level terbawah, menciptakan prestasi, diapresiasi, dan akhirnya diberi posisi. Artinya, bos Anda saat ini adalah orang yang memang sudah terbukti di masa lalunya dengan track record yang mengkilap.

Alih-alih ikut menggunjing atasan Anda di belakangnya, mengapa tidak belajar hal-hal positif darinya? Dengan menjadikannya role model, Anda bisa mempelajari keunggulan bos Anda dalam pekerjaan sehari-hari sehingga bisa mencapai kesuksesan yang sama dengannya.


 

Apa saja yang perlu dipelajari dari seorang bos?


  1. Pola Pikir

    Seorang bos memiliki pola pikir yang berbeda dengan para bawahannya. Ia bisa melihat apa yang anggota timnya tidak lihat, dan berpikir apa yang anggota timnya tidak terpikirkan. Seorang pimpinan memiliki cara pandang helicopter view, meluas tapi bisa juga mendetil suatu masalah. Para bawahan yang suka kesal terhadap atasannya mungkin karena memilki pola pikir yang “tidak nyambung” sehingga seolah-olah apa yang diperintahkan bosnya tersebut semata-mata karena ingin mempersulit anggota timnya sendiri.


  2. Pola Kerja

    Rata-rata seorang atasan bekerja lebih lama dibanding anak buahnya. Mungkin jam kerjanya di kantor terlihat lebih sedikit, sering keluar kantor, padahal bisa jadi ia harus ketemu klien atau mitra bisnisnya di mana waktu pulangnya lebih tidak pasti lagi dibanding para anggota timnya. Loyalitasnya melebihi loyalitas bawahan. Tanggung-jawabnya melebihi tanggung jawab bawahan sehingga beban kerjanya sebenarnya lebih berat dibanding timnya. Bisa jadi, kepiawaiannya mengatur jadwal kerja sehari-hari dengan tetap menghasilkan kualitas kerja yang prima adalah kunci kesuksesannya sehingga ia pantas untuk menduduki jabatannya yang sekarang.


  3. Pola Memimpin

    Sebagai bos, sudah seharusnya dia bisa mengatur timnya. Dan ini tidak mudah. Beragam karakter para bawahan, konflik antar tim, serta target kerja yang harus dicapai membuat seorang atasan harus mampu mengelola anggota timnya. Ini yang perlu dipelajari oleh Anda tentang bagaimana ia menempatkan skala prioritas, memotivasi anggota tim, menekan anak buah yang tidak produktif, serta mem-back up mereka dari “serangan-serangan” unit lain yang tidak puas terhadap kinerja mereka. Hanya seseorang yang berjiwa besar dan bermental baja yang bisa menghadapi tantangan seperti ini, dan bos Anda adalah salah satunya.

 

Jika ketiga pola ini sudah Anda pelajari, maka terapkan dan jadikan hal tersebut sebagai kebiasaan baru dalam bekerja sehingga bukan tidak mungkin suatu saat nanti perusahaan akan menunjuk Anda sebagai pimpinan baru untuk memimpin sebuah tim atau divisi.

 
18 Januari 2016
Related Articles
21 Januari 2016
TIPS MENCARI LOWONGAN KERJA DI PERUSAHAAN YANG TEPAT

Menentukan lowongan kerja apa yang cocok dan tepat memang bukanlah perkara mudah. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, terutama peluang karir yang cemerlang.

9e39mch8o4 psikotes
29 Januari 2016
TIPS SUKSES MENGHADAPI PSIKOTES KERJA

Dalam proses rekrutmen, psikotes merupakan salah satu tes yang digunakan pihak perusahaan sebagai acuan untuk penerimaan karyawan. Lalu bagaimana agar bisa berhasil mengikuti psikotes kerja?