Pernahkah kamu mengalami konflik di kantor karena perbedaan generasi yang ada? Simak lebih jauh melalui artikel berikut yuk
“Mereka tidak siap untuk bekerja yang sebenarnya, namun mereka pikir mereka tahu semuanya.”
"Karyawan sekarang mah gak loyal."
“Mereka selalu menggunakan ponsel cerdas mereka, tetapi tidak tahu cara berinteraksi dengan benar.”
Beberapa kalimat diatas menjadi sebagian stereotype Gen X dan Baby Boomer dalam melihat Gen Y (Milenium). Sebagian besar diskusi seputar Gen Y mengasumsikan kesenjangan generasi, lebih fokus pada perbedaan kelompok ini. Pendekatan dengan melihat perbedaan generasi ini tidak akurat bahkan cacat analisa dan merusak tujuannya, yaitu: “Bagaimana kamu bisa bekerja sama?”
Saat ini setidaknya ada 4 generasi dalam dunia kerja dari Baby Boomer, Gen X, Gen Y, dan Gen Z. Perbedaan karakter tiap generasi kadang memunculkan generation gap di perusahaan dan bahkan stereotype untuk tiap generasi.
Sehingga, kadang muncul konflik akibat komunikasi yang tidak terjalin baik antar generasi. Bagaimana 4 generasi ini bisa mengatasi perbedaan yang ada, menghilangkan stereotype, dan bekerja sama dengan baik demi perusahaan?
Berdasarkan statistik ketenagakerjaan di dunia, saat ini Generasi Y, (kelahiran 1977 - 1995), dapat dikatakan menguasai bursa tenaga kerja yakni hampir 60%, sedangkan sisanya hampir terbagi merata antara baby boomer, Gen X dan Gen Z.
Komunikasi yang berhasil antara kelompok yang berbeda dimulai dengan membangun pemahaman yang sama, bukan menggarisbawahi perbedaan. Dalam hal praktik tenaga kerja standar, adopsi teknologi dan bahkan bahasa atau budaya, hambatan antar generasi jauh lebih rendah daripada yang terlihat. Faktanya, kesenjangan generasi sering kali dianggap terlalu berat ketika memperhitungkan kurangnya kohesi (daya rekat) tim dan budaya perusahaan yang buruk.
Untuk memanfaatkan kesamaan dan meningkatkan hubungan kerja lintas generasi, teknologi, desain ruang kerja, dan budaya harus berfungsi sebagai jangkar untuk menyatukan karyawan dari segala usia.
Teknologi Harusnya Menjembatani, Bukan Memisahkan
Sementara generasi milenium sering lebih maju dari generasi yang lebih tua dalam mengadopsi teknologi, sedangkan Gen X dan baby boomer juga merupakan pengguna berat. Teknologi baru ditujukan untuk semua orang: Mereka terus-menerus dirancang, dirancang ulang, dan disempurnakan untuk menjangkau basis konsumen yang lebih luas. Harapannya tentu untuk bisa dipergunakan dengan baik oleh setiap generasi.
Sementara Gen X dan boomer mungkin menganggap teknologi baru, terutama smartphone, sebagai sumber gangguan dan kesenjangan, padahal teknologi smartphone harusnya menjadi alat kerja luar biasa yang memungkinkan komunikasi menjadi efisien. Teknologi smartphone tidak hanya membuat tempat kerja semakin mobile dan terhubung; juga mendorong karyawan untuk memecahkan masalah secara real time, sehingga meningkatkan efisiensi secara signifikan.
Bayangkan ini: kamu bertemu dengan rekan kerja di ruang fotokopi, dan mereka mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan proyek yang kamu berdua kerjakan. Sebelum munculnya teknologi seluler, kamu mungkin harus kembali ke meja kerja kamu untuk mencari informasi dan kemudian memberikan jawaban yang tertunda. Sekarang dengan smartphone, tablet, dan laptop, pertanyaan tersebut dapat dijawab di tempat, memungkinkan umpan balik langsung. Dengan semakin banyak perusahaan yang mengadopsi penyimpanan cloud, praktik seperti itu akan segera menjadi norma yang biasa karena karyawan tidak terikat dari meja kerja dan bergerak bebas untuk menyelesaikan tugas.
Memanfaatkan Sistem Komunikasi Dan Desain Tempat Kerja Untuk Menyatukan Tim
Masa depan komunikasi di tempat kerja terletak pada sistem yang intuitif dan disesuaikan, dan memungkinkan karyawan untuk bergerak secara efisien. Banyak perusahaan sudah menggunakan platform jaringan kerja seperti Yammer atau Slack. Teknologi ini mudah digunakan, karena diambil dari platform media sosial populer seperti Facebook, yang sudah familiar bagi sebagian besar karyawan. Sementara kotak masuk email tradisional dengan segudang link percakapan dapat menjadi tantangan untuk dinavigasi dan diatur. Dengan platform ini memungkinkan pengguna akhir untuk membuat grup yang berbeda untuk memisahkan tugas dan proyek, bergabung dan meninggalkan berbagai link percakapan, menggunakan tagar untuk menemukan diskusi dan file dengan mudah, dan membuat dokumen kolaboratif.
Komponen kunci lain dalam menyatukan tenaga kerja lintas generasi dimulai dengan menetapkan kembali tujuan ke tempat kerja melalui arsitektur dan desain interior yang efektif, yang membantu memfasilitasi keberhasilan penerapan sistem baru oleh semua karyawan. Karena teknologi memberikan peningkatan konektivitas dan mobilitas bagi staf, demikian pula desain tempat kerja. Organisasi menjadi semakin gesit, dan mendesain ulang lingkungan tempat kerja dengan cara yang memungkinkan pekerja untuk bertemu dan berkolaborasi dalam ruang yang dipikirkan dengan matang, menciptakan lebih banyak peluang untuk interaksi informal dan formal.
Dimulai Dan Diakhiri dengan Manajemen
Manajemen adalah kunci untuk mendamaikan generasi yang berbeda di tempat kerja. Aturan pertama dari manajemen yang sukses adalah memberdayakan karyawan untuk melakukan hal-hal dengan cara mereka sendiri dan mempromosikan budaya belajar. Manajemen bukan hanya sekedar menetapkan aturan dan membatasi ruang gerak karyawan, manajemen harus mampu mendorong karyawan untuk membawa kreativitas mereka ke meja dan memikirkan kembali cara mereka melaksanakan tugas untuk terus meningkatkan proses.
Ketika berbicara tentang mengelola generasi muda, generasi yang lebih tua sering merasa terdorong untuk melestarikan, membela dan terkadang memaksakan kebijaksanaan dan pengetahuan serta pengalaman karena usia. Meskipun ada nilai yang tak terbantahkan dalam menyampaikan pelajaran dan pengetahuan yang dipelajari dari pengalaman, penemuan dan inovasi seringkali membutuhkan sikap dan keluwesan dari cara yang dilakukan secara tradisional.
Untuk memastikan adopsi proses baru di seluruh perusahaan, sangat penting bagi organisasi untuk memasukkan pendekatan manajemen perubahan — metodologi yang digunakan untuk melibatkan karyawan sehingga mereka terdorong untuk mendukung tujuan bersama. Sebelum memperkenalkan teknologi baru, manajemen harus bekerja untuk memastikan staf memahami bagaimana hal itu akan menguntungkan mereka dan perusahaan. Penting juga bagi karyawan untuk menerima pelatihan yang memadai sehingga mereka dapat mulai bekerja dengan alat-alat ataupun teknologi baru tersebut.
Dengan Gen Z (mereka yang lahir setelah 1996) sudah dan segera memasuki angkatan kerja dengan segala dinamika perkembangannya, kesulitan yang diantisipasi dalam mengelola dan melatih generasi ini menjadi berita utama. Seiring dengan berkembangnya tenaga kerja kita, kita seharusnya bersukacita atas kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat dibawa oleh generasi muda dan kemampuannya dalam memecahkan masalah ke tempat kerja.
Khusus untuk para manajer HR, perbedaan dan gap yang timbul antar Generasi ini menjadi sesuatu yang menantang untuk dijembatani, bukan malahan menjadi batu sandungan yang menjadi tembok penghalang. Untuk mengetahui bagaimana bertindak dengan bijaksana, maka temukan jawabannya di webinar "HR Expert Room, Managing Conflict in Generational Diversity", bersama narasumber Yanuar Kurniawan HR Professional.
Pendaftaran: bit.ly/HRExpertRoom
#HiredToday #HiredTodayIsYourFriend